Sesekali kau dendangkan tembang anggur rembulan
Sesekali kau nyanyikan lagu putus cinta
Sesekali kau kisahkan romeo–juliet saat menenggak racun
Lalu kau serahkan masa depanmu pada si pendongeng cengeng

Berangkat dengan obsesi basi
Demi gemuruh tepuk tangan di ruang sewaan event organizer
Demi decak kagum dan tanda mata di setiap penjuru kota dan desa
Berdiri terdepan dibalut kain kafan seharga 500.000 karung beras miskin
Dihiasi ornamen yang setara dengan harga 10 ekor sapi import
Dan alas kaki berlogo buaya yang tetap melepuh ketika dihujani api


 
Picture
Ribuan kanon ditembakan cukong memadati langit
Meluncur memadati antena, menggerayangi kabel-kabel audio visual
Menggauli layar 21inch.. lalu mulai membanyol tentang produk-produk yang mereka agungkan.!!
Ababil target operasi korporasi
Korporasi yang terlahir dari lubang anus yahudi
Para hamba yang mulia serupa yahweh, yang diagungkan, dianggap tuhan oleh bangsa paling beradab
Serupa presiden republik cinta.. yang bertutur pada nenek moyangnya “terimakasih atas gen mu.!!”
Pemimpin congkak arogan.. kapitalis yang menancapkan bendera di muka major label
Mencoba melebarkan sayap dengan menggaet icon indie
Ooohh betapa hebatnya mereka mendominasi setiap lini


 
Picture
Klandestin mengusung poros tubuh-tubuh pesakitan
Serupa maniak sabung ayam di ujung desa
Serupa Lia di Kerajaan Eden
Serupa para tiran yang bermanuver dibalik meja
Serupa wanita hamil di ruang praktek bidan
Yang membunuh bakal perakit aksara perjuangan
Yang akhirnya tertangkap ribuan pasang mata dan telinga
Tapi tak pernah berhenti dengan berjuta modus dan aksi